Menu Close

Dorong Transformasi Digital, LAN Tekankan Urgensi Upskilling dan Reskilling Kompetensi ASN

Jakarta – Semangat transformasi digital sebagai langkah Pemerintah Indonesia yang tertuang melalui rancangan RPJPN 2025 – 2045 memprioritaskan agenda transformasi digital untuk mengatasi disrupsi teknologi sektor publik. Hal ini diperkuat dalam program Asta Cita Presiden Prabowo yang menekankan reformasi tata kelola pemerintahan melalui digitalisasi pemerintahan menuju smart government untuk mencapai pemerintahan yang efektif, efisien, inklusif dan akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas.

Untuk itu diperlukan integrasi teknologi digital dan kecerdasan buatan di sektor publik dapat mengubah cara pemerintah bekerja, berinteraksi dengan masyarakat, dan memberikan layanan publik. Namun demikian birokrasi dihadapkan pada tantangan akan terbatasnya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki kompetensi dan keterampilan digital. Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Kajian dan Inovasi Manajemen ASN, Dr. Agus Sudrajat dalam sambutannya pada acara Virtual Public Lecture ASN Talent Academy (ATA) Explore Edisi 11, Selasa (10/12).

Kegiatan tersebut dilaksanakan secara hybrid, berkolaborasi dengan Tanoto Foundation yang menghadirkan narasumber: Phillia Wibowo,S.T.,MBA, Leader of Mckinsey’s People and Organizational Performance Practice in Southeast Asia; Ahmad Yasser,MBA, VP Human Capital Strategic Management Telkom Indonesia; Cahyono Tri Birowo,ST.,MI, Asisten Deputi Perumusan Kebijakan dan Koordinasi Penerapan SPBE Kemenpan RB; Dra Elly Fatimah Kepala Pusat Kajian Manajemen ASN. Penanggap: Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Profesor Stella Christie, P.hD., dan dimoderatori: Prita Laura, Tenaga Ahli Utama Komunikasi di Kantor Staf Presiden Republik Indonesia.

“Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai lembaga think tank administrasi negara dan instansi pembina pengembangan kompetensi ASN, melaksanakan berbagai upaya untuk melakukan upskilling dan reskilling literasi dan kompetensi digital bagi ASN”, ujarnya. Dalam sambutannya Agus juga mengingatkan pentingnya para pimpinan birokrasi untuk mengambil peran sebagai digital leader untuk mengawal transformasi digital di sektor publik.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala LAN yang ditemui seusai acara menyampaikan bahwa melalui transformasi digital akan ada perubahan cara kerja birokrasi, kemudian birokrasi dituntut untuk menjadi lebih agile dan kolaboratif. ”Pemanfaatan teknologi digital dan Artificial Intelligence (AI) akan membuat birokrasi lebih efisien karena sudah meminimalisir proses-proses manual. Disamping itu teknologi memungkinan birokrasi menjadi lebih manusiawi dan memberikan pelayanan yang lebih customize”, ungkapnya.

Dalam VPL tersebut, Elly Fatimah menyampaikan bahwa dari hasil kajian ditemukan bahwa berdasarkan jenis jabatan fungsional yang ada di ASN, terdapat 12 jabatan fungsional yang terkait digitalisasi. Sehingga jika dilihat dari hal tersebut saat ini hanya 0,74% yang masuk dalam kelompok talenta digital. Selain itu Elly menyampaikan ada ketimpangan distribusi talenta digital yang dapat menghambat percepatan pembangunan berbasis teknologi, yang masih cenderung terpusat di instansi pusat dan kota besar saja.

“Untuk itu perlu adanya rekrutmen yang memprioritaskan talenta digital sesuai dengan kebutuhan saat ini dan mendatang. Dan untuk jabatan fungsional yang saat ini sudah ada perlu dilakukan enrichment, upskilling, serta berfokus pada kompetensi spesialis maupun advance, dengan berkolaborasi antara pemerintah, privat, dan akademisi untuk menciptakan ekosistem talenta” ungkapnya. Elly juga menyampaikan perlunya pedoman teknis Jabatan Fungsional di bidang Komunikasi dan Informatika, serta inovasi untuk memenuhi talenta digital nasional dan kesenjangan ASN Talenta digital.

Hadir pada kesempatan tersebut, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Profesor Stella Christie menekankan pentingnya pemaknaan terhadap Transformasi digital. Dirinya mengatakan bahwa penggunaan digital dan juga AI adalah untuk melakukan efisiensi, memaksimalkan fungsi ASN agar membawa dampak bagi negara dan masyarakat. “Poinnya bukan digitalnya, tapi transformasi manusianya, bagaimana system thingking-nya”, tambahnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Phillia Wibowo menyatakan pentingnya pengembangan keterampilan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang memberikan mereka mereka kelebihan dari mesin untuk mempersiapkan pekerjaan di masa depan. Dalam uraiannya, Phillia menegaskan untuk tidak memulai segala sesuatunya dengan AI. Manusia (human) dapat menggunakan AI untuk menganalisis problem apa yang ingin dipecahkan.

Dalam kesempatan tersebut Cahyono Tri Birowo menyampaikan bahwa Artificial Iinteligence (AI) bukanlah pengambil keputusan. “AI adalah tools yang membantu kita, Karena AI itu dididik oleh kita. Jadi seperti apa kita kedepannya ditentukan oleh kita, bukan AI. Teknologi digunakan untuk meningkatkan automasi dan mengedepankan sisi kemanusiaan, Pemerintah hadir menjadi mitra masyarakat , tambahnya.

Ahmad Yasser memberikan berbagai perspektif dan pendalaman terkait isu transformasi digital dan pemanfaatan AI sektor publik kontemporer dan perspektif pengelolaan talenta digital sektor swasta yang berfokus pada continuous development plan, stretched, personalized, accelerated dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan. (Humas)

Skip to content