Menu Close

Tes Kebugaran & Kelompok Budaya Kerja

Samarinda – Puslatbang KDOD Samarinda menggelar 3 (tiga) kegiatan secara berturut-turut pada, Jum’at (12/3). Kegiatan pertama adalah Tes Kebugaran yang dilaksanakan di Lapangan Serbaguna Agus Dwiyanto Puslatbang KDOD, dan diikuti oleh seluruh pegawai dan tenaga alih daya di lingkungan Puslatbang KDOD. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengukur sejauhmana kemampuan kebugaran jasmani dan tingkat kebugaran jasmani seseorang. Seluruh peserta dalam tes ini diharuskan untuk lari sejauh 1,6km dengan waktu tempuh yang diperhitungkan.

Setelah selesai mengikuti Tes Kebugaran, seluruh pegawai diarahkan untuk mengikuti sosialisasi demo alat kejut jantung oleh Tim Tenaga Kesehatan di Auditorium Puslatbang KDOD. Alat tersebut bernama Automated External Defibrillator (AED) Plus yang digunakan untuk memberi terapi defibrilasi, dan menghantarkan energi listrik melalui sepasang elektroda yang direkatkan pada tubuh korban/pasien agar arus listrik dapat dialirkan.

Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah kegiatan Forum Kelompok Budaya Kerja (KBK) yang rutin diselenggarakan dua minggu sekali. Tema yang disuguhkan dalam kegiatan ini adalah “Komunikasi Lintas Generasi”, dengan Narasumber Lany Erinda Ramdhani, seorang Pranata Humas Ahli Muda. Materi ini membahas tentang tips dan trick terkait bagaimana cara berkomunikasi antar pegawai atau karyawan suatu organisasi yang berbeda generasi. Lany mengatakan bahwa pada umumnya suatu organisasi memang terdiri dari berbagai macam generasi dengan karakter dasarnya masing-masing, sehingga gaya komunikasi yang dianut pun berbeda-beda. Namun bukan tidak mungkin bagi mereka untuk bisa menjalin komunikasi yang baik sehingga hubungan kerja pun akan terasa semakin nyaman. “Sebuah quotes mengatakan, if you don’t like something change it. If you can’t change it , change your attitude”, ujar Lany. “Gimana caranya? Berusahalah untuk memahami bahwa kita memang hidup di jaman yang berbeda, sehingga menyebabkan gaya komunikasi kita pun berbeda-beda. Yang bisa kita lakukan adalah dengan berusaha saling mengerti satu sama lain. Para senior yaitu generasi baby boomers dan generasi X harus bisa membuang jauh sikap arogansinya dengan bersikap terbuka, dan memberikan kesempatan, kepercayaan, dan kebebasan bagi para juniornya yaitu generasi Millenial dan generasi Z. Begitu pula sebaliknya, para junior juga harus bisa menyingkirkan sikap yang cuek dan apa adanya. Berbasa-basi sedikit tidak masalah, sapalah seniormu ketika kau melihatnya, berusahalah untuk memperlakukan mereka selayaknya mentor atau penasihatmu” jelas Lany lagi.

Lany juga mengatakan bahwa ada beberapa strategi komunikasi yang bisa dipakai bersama untuk semua generasi. Pertama, pahami siapa yang bisa diajak bicara, kepribadiannya, dan gaya komunikasinya agar kita bisa mengatur sikap kita terhadap lawan bicara. Kedua, bangun engagement dengan lawan bicara. Pacing then Leading. Kita harus bisa menyamakan frekuensi kita dengan lawan bicara, berusaha berempati dan menempatkan posisi sebagai lawan bicara, baru kemudian kita bisa menuntun lawan bicara ke arah yang diinginkan, alias pesan yang ingin disampaikan.

Skip to content